Queensland
- Hidupnya teramat singkat, hanya 10 tahun. Namun cobaan yang dilalui
Zahra Baker, membuat dunia menitikkan air mata untuknya. Seperti apa
kisahnya?
Gadis
cilik ini tinggal di Queensland, Australia, sebelum akhirnya pindah ke
North Carolina, AS, dua tahun lalu. Zahra ikut bersama ayahnya, Adam
Baker, yang baru saja berkenalan dengan perempuan Amerika via internet.
Ibu biologis Zahra, Emily Dietrich, terkena depresi pasca melahirkan
yang membuatnya tanpa disadari menolak keberadaan bayi.
Hal
ini bukanlah penderitaan pertama yang ia alami. Ia divonis mengidap
kanker tulang saat masih balita. Dokter pun terpaksa mengamputasi salah
satu kakinya saat Zahra tepat ketika Zahra berusia lima tahun. Tak lama
kemudian, tim medis menemukan tumor di paru-parunya. Berbagai penyakit
ini menuntutnya untuk selalu mengikuti kemoterapi.
Efek
kemoterapi muncul saat ia berusia delapan tahun. Zahra kehilangan
pendengarannya. Meski begitu, ia masih tumbuh menjadi gadis kecil yang
aktif. Beberapa kawannya mengatakan, ia suka menghadiri berbagai acara
untuk anak-anak pengidap kanker. Termasuk di antaranya, perkemahan yang
biasanya digelar pada musim panas.
Nama
Zahra mulai dikenal media Amerika sejak 9 Oktober lalu. Ketika itu,
polisi mendapat laporan bahwa gadis dengan wajah berbintik-bintik ini
menghilang. Di tengah penyelidikan, polisi menduga ia telah tewas.
Sebab, ditemukan tulang belulang sekitar 12 km dari rumahnya yang
diyakini milik Zahra. Sebab, juga ditemukan kaki prosterik yang biasa ia
gunakan.
"Sejak
awal penyelidikan dimulai, saya sudah gemetar. Kami menemukan banyak
bukti fisik bahwa kemungkinan Zahra telah ditemukan dalam kondisi
tewas," ujar Kepala Kepolisian Hickory North Carolina, Tom Adkins.
Tulang belulang itu ditemukan awal bulan ini, di daerah semak belukar
Caldwell County.
Zahra
tinggal di daerah tersebut bersama ibu tirinya, Elisa Baker, yang saat
ini sedang berada di penjara. Elisa ditahan karena diduga membelokkan
penyelidikan polisi dengan catatan penculikan palsu. Sementara Adam,
saat itu juga ditahan di penjara atas tindak kriminal yang tak ada
hubungannya dengan Zahra dan sudah dibebaskan dengan jaminan.
Elisa
lama kelamaan ikut membantu penyelidikan polisi yang mencurigai
pasangan ini ada hubungan dengan hilangnya Zahra. Sebab, polisi
kesulitan menemukan orang lain yang melihat Zahra dalam keadaan hidup.
Pada hari yang sama, beberapa jam sebelum Zahra benar-benar menghilang,
ada sebuah kejadian aneh.
Terjadi
kebakaran di rumah keluarga Baker dan pasangan tersebut mengaku
menemukan surat penculikan. Surat itu berisi penculikan putri atasan
Adam dan meminta tebusan. Setelah penyelidikan, pimpinan Adam dan
putrinya dalam keadaan baik-baik saja. Akhirnya Elisa mengaku ia iseng
menulis surat itu yang berbuntut denda polisi atas tudingan
mempermainkan hukum.
Tak
lama, Zahra menghilang dan polisi merasa ada yang salah. Kasus
pencarian gadis hilang ini kemudian diubah menjadi penyelidikan
pembunuhan. Langkah ini terbukti benar. Sumber menyebutkan, Elisa
membimbing polisi ke area semak belukar, dimana ditemukan kaki prostetik
Zahra.
Di
sekitar tempat yang sama, ditemukan tulang belulang yang dalam uji DNA
terbukti milik Zahra. Sisa tulang ditemukan setengah tertanam. Polisi
kemudian melakukan penggalian dan ditemukan sisa-sisa tubuh manusia
dalam sebuah lubang yang tidak terlalu dalam. "Ahli medis di lapangan
menyatakan, tulang tersebut cocok dengan seorang anak," kata Adkins.
Adam
saat ini masih dimintai keterangannya di polisi, sementara penyelidikan
DNA terus dilakukan untuk tulang belulang yang terpisah-pisah itu.
Sementara Elisa juga diselidiki, meski isi pembicaraannya masih belum
boleh dipaparkan ke media. Elisa dicurigai karena menulis surat kepada
seorang pengelola situs kriminal yang menuding Adam.
"Penyelidik,
agen, petugas dan staf yang bekerja untuk kasus ini sangat sedih karena
tak berhasil menemukannya dalam keadaan hidup dan membawanya pulang.
Hari ini, kita semua berduka," sambung Adkins.
0 Comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !