Manusia memiliki sifat malu yang dapat menggerakkan nalurinya, menilai  mana yang benar dan salah. 
Dengan rasa malu itu, setiap manusia berjalan  di atas ketetapan fitrah dari Rabbnya. 
Rasulullah SAW bersabda,  "Jika kamu tak punya rasa malu, maka berbuatlah sesukamu."  Beliau juga  mengatakan, bahwa salah satu dari bagian iman adalah sifat malu.
Jika  manusia dibekali malu untuk hidup, lain halnya dengan binatang. Allah  memberikan nikmat kepada binatang sesuai dengan kebutuhannya. Hewan  hanya memiliki insting dipadu dengan nafsu untuk hidup. 
Ia tak  butuh malu, karena memang Allah tidak memberikan sifat itu. Begitulah  Allah telah mengatur hamba-Nya untuk menjalani hidup di alam fana ini.
Malu  dapat menjamin kualitas batin manusia. Karena itu, manusia tak pernah  terpisahkan dengan sifat malu dan malu selalu berkaitan erat dengan  ketebalan iman seseorang terhadap Rabb-nya. 
Sebagian besar  sahabat Rasulullah SAW menjaga dan mengedepankan rasa malunya di atas  kepentingan duniawi mereka. Usman RA, misalnya, dia adalah sahabat yang  paling besar sifat malunya hingga Nabi SAW pun sangat menghormatinya. 
Di  masa hidupnya, Rasul pernah berbaring di pangkuan istrinya, lalu datang  Abu Bakar RA sedang bagian tubuhnya terbuka, tetapi nabi membiarkan  hingga datang sahabat Umar RA. Akan tetapi, ketika datang Usman RA,  Rasulullah dengan serta-merta merapikan pakaiannya agar tak terlihat  olehnya. 
Ketika ditanya istrinya mengapa berbuat demikian kepada  Usman dan tidak kepada Abu Bakar dan Umar, Nabi menjawab bahwa Usman  sangat pemalu. Di lain waktu, nabi pun menyanjung keistimewaan Usman di  hadapan para sahabat beliau. Usman terhormat, karena menjaga malu yang  melebihi malunya seorang gadis.
Kekuatan iman seorang Muslim  dapat dilihat dari sifat malu dalam dirinya. Seorang Muslim hakiki akan  menjaga dirinya dengan benteng malu terhadap Tuhannya bila berbuat dosa. 
Ia akan menaati semua perintah-Nya sekuat tenaga. Ia akan  sangat menyesal, merasa bersalah dan malu kepada Rabbnya jika  meninggalkan satu saja syariat-Nya. Begitulah ciri kehidupan seorang  Muslim yang teguh hati menjaga malunya.
Sebagaimana diterangkan  Rasulullah SAW, seorang Muslim yang tidak punya rasa malu sama sekali,  dipersilahkan  berbuat sesuka hatinya. Mereka telah terlepas dari tali  umat Muhammad yang menghormati kalam Allah dan sabda beliau, mereka akan  dikirim ke dalam azab-Nya yang pedih dan menyakitkan, kehinaan mereka  peroleh di dunia dan siksaan mereka terima di neraka.
Dunia  seakan telah mejadi rumah abadi bagi manusia-manusia rakus dan pengekor  hawa nafsu. Mereka tak lagi memikirkan siapa Rabb-nya dan apa saja  perintah serta larangannya.  
Harta, tahta, dan wanita memang  tombak serang setan untuk menyerang manusia. Maka dari itu, mari kita  hargai diri dengan menjaga sifat malu sebagai fitrah manusia. Wallahu a'lam. 


0 Comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !